RANTAI MSC #2
Entah sejak kapan aku mulai menaruh hati padanya. Entah sejak kapan
aku mulai mencintainya. Mungkin sejak aku mulai mengenal sosoknya atau mungkin
sejak aku mulai mencari tau tentang dirinya.
Dia adalah cinta pertamaku, sosok laki-laki yang paling aku rindukan
kehadirannya.... Ya dia adalah ayahku. Ayahku adalah laki-laki yang paling
hebat, dia sosok laki-laki yang bertanggungjawab untuk keluarganya, dia
mencintai aku dan ibuku, bahkan dia selalu menyempatkan waktunya untuk
berkumpul bersama kami. Itu semua aku dengar dari ibuku.
Mungkin itu semua yang membuat aku akhirnya menaruh hati dan mencintai
sosok laki-laki yang kebanyakan orang memanggilnya dengan sebutan ayah.
Ayahku adalah cinta pertamaku. Terdengar lucu memang, aku bahkan belum
mengenal sosoknya, aku tidak tau wajah aslinya seperti apa, bahkan aku hanya
tau wajahnya lewat foto usang yang selalu ibuku simpan di kamarnya. Ayah pergi
disaat umurku baru menginjak 2 tahun. Memangnya tau apa sih anak kecil umur 2
tahun tentang figur seorang ayah?? Anak kecil yang taunya hanya bermain, makan,
dan tidur. Mana tau apa itu sosok seorang ayah. Sampai akhirnya di saat aku
beranjak dewasa aku mulai bertanya, kemana ayahku??
Waktu duduk di bangku sekola aku pernah iri melihat teman-temanku.
Mereka terlihat begitu bahagia ketika membicarakan ayahnya, mereka membicarakan
ini dan itu tentang ayahnya. Dan aku hanya tersenyum mendengar cerita mereka
tentang ayahnya. Ingin rasanya menceritakan tentang ayahku kepada mereka.
Ayahku memang meninggalkanku, tapi aku tidak pernah marah kepadanya,
aku bahkan selalu merindukannya. Ibu akan selalu menceritakan tentang ayah jika
aku merindukannya. Aku sangat mencintai ayahku dan aku bangga menjadi putri
kecilnya.
Aku dan ayahku adalah dua orang yang gagal. Ayahku gagal menemaniku
tumbuh beranjak dewasa, karna Allah lebih menyayanginya. Dan akupun gagal
menemaninya di hari tua.
Tak pernah sedetikpun aku melewatkan waktu untuk berdoa dan meminta
kepada Allah untuk ayahku. Aku selalu berdo'a " Ya Allah, berikanlah
aku kesempatan untuk memeluk ayahku, berkumpul dengannya, aku tidak ingin jika
perpisahan didunia ini menjadi perpisahanku dengan ayahku untuk selamanya"
Hidup tanpa figur seorang ayah memang tidak mudah, banyak sekali cobaan
yang datang dan pergi. Tapi aku tau bahwa Allah tidak mungkin mengambil ayahku,
jika Allah yakin aku kuat dan bisa tanpa figur seorang ayah. Allah ingin aku
berdiri diatas kakiku sendiri, tanpa harus bergantung dengan kaki orang lain.
Untuk semua yang telah terjadi dalam hidupku, aku yakin itu adalah rencana
Allah yang paling terbaik untukku.
" Pada akhirnya takdir Allah selalu
baik walau terkadang perlu air mata untuk menerimanya "
-Umar Bin Khattab-
Komentar
Posting Komentar