RANTAI MSC #9

    Kumpulan Rangkaian Cerita Islami (RANTAI) MSC LDK KMA


___


Malam hari, saat semua urusan terasa jenuh dan tak lagi diinginkan. Rasa lelah menyentuh jiwa dan raga hingga tekanan menghampiri untuk mengundang rasa sedih karena hati manusia dirancang dengan penuh batasan. Tatkala manusia banyak yang berputus asa karena hidup yang kian tak sesuai dengan harapan, hingga menyalahkan yang Maha ESA bukan lagi perasaan durhaka terhadap – Nya.

Kala itu ada seorang manusia yang telah menyelesaikan urusannya dan hendak beristirahat di hamparan kasur yang empuk nan nyaman. Dia diam memandang langit kamarnya yang gelap dengan sebuah tanda tanya akan kehidupan di dunia ini. 

Dimulai dengan pikiran awalnya akan shalat isya yang telah ia lakukan. Tadi dia shalat sudah sesuai kah rakaatnya? Apakah niatnya benar? Apakah wudhunya benar? Apakah dirinya sudah terbebas dari hadas besar? Beberapa pertanyaan berlanjut dari syahadatnya sudah benar atau belum karena anjuran setiap insan adalah mengucap syahadat minimal 5 kali dalam sehari dan itu wajib sampai diakhir pertanyaannya dia berkata “Apakah Aku beriman?”. Pertanyaan tersebut menjadi penutup akan awalnya hanya shalat yang ia lakukan hingga bertanya tentang keimanannya terhadap Allah SWT.

Ia terhenti sejenak dan meratapi akan kehidupan yang selama ini dijalani dengan tidak tahu menahu akan pencapaian yang selama ini ia dapatkan untuk menggapai ridho Allah SWT. Dia diam saat tahu belum memiliki atau belum banyak yang ia lakukan untuk bekalnya nanti dikala ajal menjemput. Dia takut ketika tahu saat wafat nanti tidak ada yang menolongnya, selain amal yang ia lakukan di dunia, amalan lain seperti ilmu yang bermanfaat, dan harta yang diinfaqkan adalah jalan lain untuk memudahkannya masuk ke dalam surga. Tetapi ia sadar bahwa dirinya belum maksimal dalam melakukan itu semua, kadang kala hanya ketika ingat dan saat menginginkan sesuatu. Beberapa kali ia mengingat hadist yang selalu menjadi pegangannya untuk selalu istiqomah untuk melaksanakan amalan yang ia mampu lakukan, karena Allah Swt memberikan apresiasi atas keistiqomahan hambanya. Bukan masalah sedikit atau banyaknya suatu ibadah. Dalam sebuah hadist, Rasulullah Saw. bersabda:

Ahabbul a’mali ilallahi ta’ala adwamuha wainqolla (HR. Muslim no. 783)

“Paling dicintainya amalan oleh Allah Swt. adalah amalan yang terus menerus dikerjakan walaupun hanya sedikit.”

 

Ibarat jalan setapak, ketika dilalui setiap hari, maka ia akan memberikan bekas yang nampak walaupun hanya satu orang yg lewat. Berbeda dengan jalan yg dilalui berkali-kali atau oleh beberapa orang, namun hanya sekali dalam setahun. 

Malu? Tentu, sakit? Pasti, dengan berpikir kembali walau hanya dzikir, ia tidak sanggup untuk melaksanakannya, karena terkadang dunia selalu menjadi harapan. Rasa takut menyambut masa depan membuat setiap manusia lupa akan fitrahnya sebagai penghuni surga dan dunia hanya sebagai ujian yang dapat dilalui dengan santai. Hingga pada akhirnya ia hanya menangis dengan perasaan yang rapuh malam itu dengan mengucap perkataan yang sama untuk ke sekian kalinya bahwa “Aku akan menjadi lebih baik lagi dan melaksanakan setiap amalan dengan semaksimal mungkin”. Dia tertidur hingga adzan shubuh berkumandang, kemudian dia bangun dengan rasa syukur karena adanya kesempatan melaksanakan keinginannya untuk menjadi lebih baik.


___

Komentar

Postingan Populer